Berita Utama Budaya

“Leuit Karawang, Simbol Jati Diri yang Tak Boleh Hilang”

IMG 20250517 WA0034 1
Table of Contents+
    4 / 100 Skor SEO

    Karawang, Jawa Barat | Cyberhukum.com | Di balik megahnya pabrik dan gemuruh jalan tol yang membelah wilayah, Karawang tetap menyimpan satu identitas kuat yang tak boleh tergeser zaman: Leuit, atau lumbung padi. Sebuah simbol kejayaan agraris dan kemakmuran yang telah melekat erat dalam kehidupan masyarakat Karawang sejak ratusan tahun silam.

    Leuit bukan sekadar bangunan penyimpanan padi. Ia adalah lambang ketahanan pangan, budaya gotong royong, dan identitas masyarakat Karawang sebagai Kota Padi. Sebutan ini bukan isapan jempol semata; Karawang dikenal dunia karena hamparan sawahnya yang luas dan sistem pertanian yang menjadi penopang utama ketahanan pangan nasional.

    Namun, realitas hari ini menunjukkan sebuah ironi. Alih fungsi lahan sawah menjadi kawasan industri dan perumahan semakin tak terbendung. Padahal, keberadaan sawah dan leuit adalah satu paket warisan budaya yang tak ternilai. Jika sawah hilang, leuit pun kehilangan maknanya. Maka dari itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk bersatu menjaga keberlangsungan sawah sebagai fondasi dari jati diri Karawang itu sendiri.

    Joko Tingkir dan Jejak Karawang

    Sejarah mencatat, jauh sebelum Karawang menjadi kota industri, wilayah ini menjadi tempat penting dalam perjalanan spiritual dan praktikal seorang tokoh besar: Joko Tingkir. Menurut cerita turun-temurun yang disampaikan oleh sesepuh Karawang, Wa Hen Hen, Joko Tingkir pernah singgah dan menetap di Karawang dalam rangka memperdalam ilmu bercocok tanam. Ia berguru pada para petani lokal dan menyerap nilai-nilai kearifan lokal dalam mengelola tanah dan air.

    TNI Kodim 0616 Indramayu Tinjau Langsung Pendampingan Panen di Jatibarang

    Perjuangannya kala itu tidak mudah. Dari membajak sawah hingga memelihara padi di musim paceklik, Joko Tingkir belajar bukan hanya cara menanam, tetapi juga bagaimana menjaga harmonisasi dengan alam. Oleh masyarakat, tempat persinggahan Joko Tingkir ini kemudian dijadikan petilasan—makom yang kini menjadi saksi bisu akan keterkaitan erat antara pertanian, spiritualitas, dan identitas Karawang.

    Menjaga Warisan, Menjaga Masa Depan

    Pesan dari Wa Hen Hen sangat jelas: “Kalau leuit sampai hilang, berarti kita sudah tidak menghargai leluhur dan jati diri kita sendiri.” Karena itu, upaya pelestarian harus dimulai sekarang. Sawah harus dipertahankan, leuit harus dijaga, dan cerita-cerita seperti perjuangan Joko Tingkir harus terus diwariskan ke generasi muda.

    Karawang bukan hanya tentang pabrik dan pembangunan. Karawang adalah tentang tanah yang subur, petani yang tangguh, dan leuit yang penuh berkah. Mari jaga bersama agar jati diri ini tidak hanya tinggal cerita. (Red)

    Kebakaran Kapuk Muara Lahap 500 Rumah, Warga Dapat Layanan 24 Jam di Posko Darurat

    Komentar

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    × Advertisement
    × Advertisement