Kyiv, Ukraina | Cyberhukum.com | Ibukota Ukraina kembali didera duka setelah serangan udara paling mematikan dalam beberapa pekan terakhir menghantam kota Kyiv pada Selasa dini hari (17/6/2025). Serangan menggunakan drone dan rudal oleh militer Rusia menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai lebih dari 55 lainnya, menurut otoritas setempat.
Sirene meraung-raung sejak Senin malam hingga Selasa pagi, membuat malam tak bisa tidur bagi jutaan warga Kyiv. Peringatan dini yang terus berbunyi merupakan respons atas ancaman balistik, menurut keterangan Angkatan Udara Ukraina.
Walikota Kyiv, Vitaliy Klitschko, menyampaikan bahwa lebih dari 40 korban luka telah dilarikan ke rumah sakit, sementara sejumlah bangunan tempat tinggal hancur total. “Kami berharap tidak ada korban jiwa lain di bawah reruntuhan, namun kami tidak dapat menutup kemungkinan tersebut,” ujarnya. Ia juga mengungkapkan bahwa seorang warga negara Amerika Serikat berusia 62 tahun termasuk di antara korban tewas.
Video yang diperoleh menunjukkan pemandangan memilukan: fasad gedung bertingkat yang hangus, tumpukan puing, kendaraan hangus, dan para petugas penyelamat bekerja keras mencari korban di tengah reruntuhan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi bahwa total 440 drone dan 32 rudal diluncurkan oleh Rusia dalam serangan semalam, menyerang sedikitnya 27 lokasi di berbagai distrik. “Petugas penyelamat, polisi, dan paramedis bekerja tanpa henti untuk menyelamatkan nyawa,” kata Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko.
Serangan ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat. Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump tiba-tiba membatalkan pertemuan penting dengan Zelensky dalam forum G7 di Kanada dan pulang lebih awal ke Washington. Pertemuan tersebut dianggap strategis oleh pihak Ukraina untuk memperkuat dukungan internasional menghadapi agresi Rusia.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergey Shoigu dilaporkan tiba di Pyongyang dalam “misi khusus” untuk menemui Kim Jong Un, memperkuat hubungan militer antara Moskow dan Korea Utara, yang selama ini aktif memasok senjata dan amunisi ke Rusia.
Dengan meningkatnya intensitas serangan dan ketegangan internasional, rakyat Ukraina kembali menghadapi ketidakpastian atas berakhirnya perang yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir. (Red)
Komentar