Daerah Wawancara & Tokoh

Hama, Pupuk Mahal, dan Krisis Air: Derita Petani Prako yang Terlupakan

IMG 20250527 WA0036
Table of Contents+
    5 / 100 Skor SEO

    Karawang, Jawa Barat | Cyberhukum.com | Di tengah kemajuan teknologi pertanian yang terus digaungkan, nasib petani di Kampung Prako, Desa Sukamulya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, justru semakin memprihatinkan. Hama, kelangkaan pupuk bersubsidi, serta minimnya suplai air menjadi momok utama yang terus menghantui mereka dari musim ke musim.

    Amim (37), salah satu petani setempat, mengungkapkan bahwa serangan hama kini menjadi prioritas perusak utama hasil panen. “Tanaman belum sempat berkembang, hama sudah lebih dulu menyerang. Sudah kami coba berbagai cara, tapi tetap tidak maksimal hasilnya,” keluhnya.

    Masalah lain yang tak kalah memberatkan adalah akses terhadap pupuk bersubsidi. Menurut Amim, meski pupuk tersedia, namun harganya sudah jauh dari kata ‘terjangkau’. “Dulu katanya pupuk bersubsidi, sekarang malah lebih mahal dari pupuk biasa. Susah cari yang sesuai harga pemerintah,” tambahnya.

    Persoalan air juga menjadi hambatan serius dalam pengelolaan sawah di wilayah ini. Minimnya pasokan dari saluran irigasi menyebabkan para petani sering tertinggal dalam pengolahan lahan. Hal ini berdampak langsung pada keterlambatan masa tanam dan panen, yang otomatis mengganggu kestabilan ekonomi rumah tangga petani.

    May (36), seorang ibu petani, turut menyampaikan keresahannya. “Karena panen sering terlambat, kebutuhan dapur juga jadi banyak yang tidak terpenuhi. Kami terpaksa berutang hanya untuk beli beras, padahal kami sendiri petani,” tuturnya dengan nada getir.

    Bupati raja ampat izin tambang di pegang pusat, daerah hanya bisa menyaksikan kerusakan

    Kondisi ini mencerminkan kesenjangan perhatian terhadap nasib petani kecil di pelosok desa. Mereka berharap ada langkah nyata dari pemerintah, terutama dalam distribusi pupuk, pengendalian hama, dan perbaikan sistem irigasi yang selama ini mereka anggap tak berpihak.

    “Kami tidak minta banyak, hanya ingin sawah kami bisa panen dengan layak. Itu saja sudah cukup,” tutup Amim penuh harap. (Red)

    Komentar

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    × Advertisement
    × Advertisement