Tel Aviv, Israel | Cyberhukum.com | Gelombang kedua serangan udara balasan dari Iran mengguncang Israel pada Jumat malam (13/6/2025), menandai eskalasi terbaru dalam ketegangan panas antara kedua negara. Ledakan-ledakan menggema di Yerusalem dan Tel Aviv saat sirene peringatan udara meraung di seluruh negeri, memaksa warga berlarian ke tempat perlindungan.
Menurut laporan Channel 12 Israel, sedikitnya 44 orang terluka, dengan dua di antaranya dalam kondisi kritis akibat serpihan rudal yang menghantam permukiman padat, termasuk blok apartemen di Ramat Gan dan pusat Tel Aviv. Kerusakan parah terlihat pada sejumlah bangunan, sementara militer Israel melaporkan lebih dari 90 rudal ditembakkan oleh Iran dalam serangan tersebut.
Pemerintah Amerika Serikat turut campur tangan. Dua pejabat AS mengonfirmasi bahwa militer AS membantu menembak jatuh rudal-rudal yang mengarah ke wilayah Israel, menandakan tingkat dukungan tinggi Washington terhadap sekutunya di Timur Tengah.
Sementara itu, dari pihak Iran, kantor berita resmi IRNA menyatakan serangan itu merupakan balasan atas gempuran Israel ke fasilitas nuklir bawah tanah Natanz, yang diklaim telah menewaskan sedikitnya 78 orang, termasuk sejumlah komandan tinggi militer Iran, dan melukai lebih dari 320 orang, sebagian besar warga sipil.
Dalam pernyataan resmi, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei menegaskan bahwa Israel-lah yang memulai perang, dan menyatakan bahwa “tidak ada tempat yang aman” bagi Israel. Pernyataan ini memperkuat ketegangan dan menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya konflik regional yang lebih luas.
Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menuduh AS terlibat langsung dalam serangan Israel dan menyebut Washington bertanggung jawab penuh atas segala konsekuensi dari konflik ini. Ia menambahkan bahwa Iran masih memiliki hak penuh untuk membela diri dan melakukan balasan lebih lanjut.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengonfirmasi bahwa fasilitas pengayaan uranium di Natanz telah mengalami kerusakan besar. PBB saat ini masih mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai serangan ke fasilitas Fordow dan Isfahan.
Meskipun sekutu Iran seperti Hizbullah dan Hamas sedang dalam posisi defensif, kekhawatiran akan eskalasi ke perang regional terbuka terus meningkat. Serangan balasan sebelumnya dari Iran berupa 100 drone telah berhasil dicegat, namun efek domino dari aksi militer ini dapat membuka babak baru ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah. (Red)
Komentar